Senin, 28 Maret 2011

Intropeksi Untuk Kehidupan Hari Esok


"Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah orang yang beruntung. Bila hari ini sama dengan kemarin, berarti orang merugi. Dan jika hari ini lebih jelek dari kemarin adalah orang celaka" (Hadits).
Ia tidak akan peduli tentang hakikat hidup, siapa dirinya, dan mengabaikan perintah dan larangan Tuhannya. MENGENAL diri juga bermakna mengenal siapa sebenarnya manusia. Manusia adalah makhluk Allah SWT yang dimuliakan oleh-Nya, mempunyai kelebihan dibanding makhluk lain yaitu akal. Dengan akalnya manusia dapat memahami segala fenomena alam (ayat kauniyah), menerjemahkan dan mempraktekkan wahyu Allah SWT (ayat qauliyah), dan menciptakan kebudayaan untuk mengatasi persoalan hidup. Agar tidak berlaku sombong dan "sadar diri", salah satu cara adalah menyadari bahwa asal penciptaan kita adalah air mani.

Intropeksi Untuk Kehidupan Hari Esok

"Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah orang yang beruntung. Bila hari ini sama dengan kemarin, berarti orang merugi. Dan jika hari ini lebih jelek dari kemarin adalah orang celaka" (Hadits).
Ia tidak akan peduli tentang hakikat hidup, siapa dirinya, dan mengabaikan perintah dan larangan Tuhannya. MENGENAL diri juga bermakna mengenal siapa sebenarnya manusia. Manusia adalah makhluk Allah SWT yang dimuliakan oleh-Nya, mempunyai kelebihan dibanding makhluk lain yaitu akal. Dengan akalnya manusia dapat memahami segala fenomena alam (ayat kauniyah), menerjemahkan dan mempraktekkan wahyu Allah SWT (ayat qauliyah), dan menciptakan kebudayaan untuk mengatasi persoalan hidup. Agar tidak berlaku sombong dan "sadar diri", salah satu cara adalah menyadari bahwa asal penciptaan kita adalah air mani. Dan, ketika mati tubuh manusia menyatu dengan tanah, tinggal tulang-belulang. Tubuh indah dan wajah tampan atau paras cantik berakhir sudah ketika mati. Sementara ruh kita kembali menghadap Allah SWT untuk mempertanggungjawabkan semua amal perbuatan kita, rezeki kita, amanat yang kita terima, termasuk sejauh mana implementasi perjanjian kita dengan Allah di "alam ruh" di mana kita mengakui Allah sebagai Tuhan (QS. 7:172). Maka dari itu, "Hendaklah setiap diri memperhatikan (melakukan introspeksi) tentang apa-apa yang telah diperbuatnya untuk menghadapi hari esok (alam akhirat)" (QS. 59:18).Wallahu a'lam.Copas Bunga Rampai Jawaban sederhana atau singkat itu tentu saja membutuhkan penelaahan lebih jauh dan penggalian melalui Alquran dan Hadits, plus renungan untuk mencari kebenaran. Mengenal diri berarti mengetahui hakikat hidup dan tujuannya, termasuk mengetahui arti keberadaan kita di alam dunia ini. Orang yang "lupa diri" tentu akan mengabaikan status dan fungsinya di dunia ini. Barangkali, secara sederhana pertanyaan yang dikemukakan Al-Ghazali tadi dapat kita jawab: kita adalah manusia, makhluk dan hamba Allah SWT yang harus mengabdi pada-Nya, khalifah-Nya di muka bumi, dan pengemban amanah-Nya (QS 51:56, 98:5, 2:21, 33:72, 2:30, 27:62, 35:39); kita datang dari "alam ruh" untuk menjalani kehidupan dunia yang merupakan ajang ujian dari-Nya (QS Al-Kahfi: 7); kita akan pergi menuju "alam akhirat" yang kekal, untuk mempertanggungjawabkan segala amal yang pernah dilakukan. Yang dimaksud "mengetahui diri", kata Al-Ghazali, bukanlah mengenali bentuk luar diri kita, bukan pula tentang sekadar tahu bahwa kalau kita lapar harus makan. Pengetahuan tentang diri yang sebenarnya adalah pengetahuan tentang: siapakah Anda? Dari mana Anda datang? Ke mana Anda pergi Di manakah sebenarnya kebahagiaan dan kesedihan? Demikian menurut Al-Ghazali. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu saja menuntun kita untuk ma'rifatunnafsi (mengenal diri sendiri) yang pada gilirannya mengarah pada ma'rifatullah (mengenal Allah). Jika kita sudah mengenal Allah SWT, tentunya keimanan kita pada-Nya pun akan semakin kuat. Jika sudah kuat sikap tauhid kita, insya Allah, tingkat ketakwaan pun akan meningkat, hasilnya adalah kebahagiaan dunia akhirat. Apa yang masih kurang dalam diri kita, menyangkut iman, ilmu, dan amal? Lalu apa yang akan kita lakukan untuk hari-hari ke depan? Kita bisa memulainya dengan melakukan "pengenalan diri" (ma'rifatunnafsi). Menurut Imam Al-Ghazali, pengetahuan tentang diri adalah kunci pengetahuan tentang Tuhan. Nabi SAW menyatakan, "Siapa yang mengetahui dirinya sendiri, akan mengetahui Tuhannya". Oleh karena itu, introspeksi diri harus senantiasa dilakukan untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Kehidupan dunia ini hanyalah persinggahan sementara untuk menuju alam akhirat. Di alam persinggahan inilah saatnya mengumpulkan bekal berupa amal saleh. Pergantian tahunjuga hari demi hari mengingatkan kita bahwa "jatah hidup" kita di dunia ini makin berkurang. Imam Hasan Al-Basri mengatakan, ''Wahai anak Adam, sesungguhnya Anda bagian dari hari, apabila satu hari berlalu, maka berlalu pulalah sebagian hidupmu". DALAM menjalani kehidupan di dunia ini kita bergelut dan berpacu dengan waktu. Dan bagi seorang Muslim, waktu sangat penting artinya. Bahkan dalam QS Al-'Ashr:1-3 Allah SWT bersumpah dengan waktu. Hal itu menunjukkan betapa kita harus mempergunakan waktu hidup di dunia ini untuk beriman dan beramal shaleh. Terlebih, dalam ayat tersebut dinyatakan, semua manusia akan merugi kecuali mereka yang beriman dan beramal shaleh, serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Dalam proses introspeksi, kita bisa mengajukan pertanyaan: apakah waktu kita yang telah berlalu itu telah kita isi dengan amal ibadah? Islam mengajarkan, hari-hari yang kita lalui hendaknya selalu lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Dengan kata lain, setiap Muslim dituntut untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Rasulullah SAW menyatakan, "Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, adalah orang yang beruntung. Bila hari ini sama dengan kemarin, berarti orang merugi. Dan jika hari ini lebih jelek dari kemarin, adalah orang celaka". Kita harus senantiasa mawas diri, mungkin selama ini kita terbuai kehidupan dunia, waktu habis untuk mengejar kesenangan duniawi dengan mengabaikan bekal untuk kehidupan akhirat. Bersiaplah untuk menghadapi hari yang amat dahsyat. Pada hari itu segala sesuatu yang ada pada diri kalian menjadi jelas, tidak ada yang tersembunyi'.' Bagi seorang Muslim, sebenarnya setiap pergantian waktu, hari demi hari, bahkan mungkin detik demi detik, menit demi menit, dan jam demi jam, merupakan momentum untuk introspeksi menuju kualitas iman, ilmu, dan amal yang lebih baik. Kiranya, kisah di atas bisa menjadi "starting point" renungan kita pada tahun baru Masehi yang baru saja kita lalui. Kisah itu seharusnya mampu menyadarkan kita, betapa tahun berganti merupakan pertambahan usia bagi kita juga bagi dunia ini yang makin renta namun kian jelita ini. Sayangnya, banyak orang (termasuk kita?) malah merayakannya dengan bersenang-senang. Kita seakan tidak peduli bahwa dunia ini makin "renta" dan kian dekat pada "kematiannya" (kiamat). Pergantian tahun merupakan momen penting untuk melakukan introspeksi diri (muhasabah), menghitung-hitung kualitas iman, ilmu, dan amal yang telah kita perbuat. Umar bin Khathab menyatakan, ''Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah amal-amal kalian sebelum ditimbang. "DUNIA makin menua, namun tetap cantik dan kian mempesona untuk dipandang dan dinikmati..." Kalimat itu, menurut sebuah riwayat, diucapkan Malaikat Jibril dalam peristiwa Isra Mi'raj. Hal itu dikemukakannya ketika menjawab pertanyaan Rasulullah SAW, setelah beliau "diganggu" oleh seorang wanita tua namun tetap menampakkan kejelitaannya. Wanita tua yang menunggang kuda dan berteriak, "Ya Muhammad... Ya Muhammad!"
 ·  · Bagikan

KEMATIAN HATI ( Alm. KH. Rahmat Abdullah)

kiriman dari : Zulfi Zainullah Al-Aufa (Cyber Tarbiyah ( FULL ))


Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya. Banyak orang cepat datang ke shaf shalat laiknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya

agar dapat segera pergi.Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya.



Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa,tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri. Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada idzin untuk berhenti hanya pada ilmu.Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang ALLAH berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan ALLAH atasmu.


kisah cinta teladan 2

by : Irwiyana Yüñhä  (Cyber Tarbiyah ( FULL ))


“Setelah dinikahkan,aku lalu bangkit .Aku tidak tahu apa yang harus kuperbuat karena gembirannya.Aku lalu bergegas pulang kerumah.Aku pikir pada siapa aku akan mencari pinjaman ? aku lalu shalat magrib. Setelah itu aku kembali kerumah. Aku nyalakan lentera .Saat itu aku puasa aku mengambil makanan untuk buka.Tak lain roti kering dan minyak zaitun .Tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu.
“Siapa?’
“Said”.
Aku berpikir pada orang-orang yang bernama Said,kecuali Said bin musayyab.sebab selam a 40 tahun ia tidak pernah terlihat kecuali dua tempat yaitu dirumahnya dan di mesjid nabawi.Aku lalu keluar membuka pintu.ternyata adalah Said bin Musayyab.Aku mengira ada hal penting dan memerluan bantuan.kukatakan,
“Wahai Abu muhammad,jika kau mengrim utusan padaku tentu aku akan datang padamu”
“tidak kamu lebih berhak untuk didatangi,”jawab Imam Said apa yang kau titahkan,dan apa yang bisa aku bantu?”
“kau adalah lelaki sendiri tanpa istri .Aku telah menikahkan kamu.Aku tidak ingin kau bermalaman senderian malam ini.aku antarkan isterimu.”
Dan putri Said bin Musayyab itu ternyata berdiri dibelakang Said bin Musayyab .Said lalu memegang tangan tanganya dan mendorongnya ke pintu.Putri Said bin musayyab terlihat sangat malu.ia hanya berdiri mematung di pintu.Aku cepat-cepat menuju nampan,di mana ada roti dan minyak .Aku letakkan pada bayangan lentera agar tidak terlihat.Aku lalu naik keloteng dan mamanggil para tetangga.merekapun berdatangan.Mereka bertanya.
“Ada apa?”
“aduh bagaimana ini? Siang tadi Said bin musayyab menikahakan aku dengan putrinya,dan malam ini mendadak dia datang membawa putrinya.”
Para tetangga bertanya heran,”Said menikahkankamu?”
“Ya”
“Dia sekarang ada dirumahmu?”
Para tetangga lalu mendatangi rumahku.Hal itu diberitahukan pada ibuku.Ibuku datang dan berkata,”Aku haram melihat wajahmu jika kau sampai menyentuhnya sebelum aku dandani sampai tiga hari.”Aku lalau menenagkan diri selama tiga hari,baru aku menemuinya.Terntata dia adalah wanita paling cantik,paling hafal kitab Allah,paling tahu sunnah Rasulullah,dan paling mengerti hak-hak suami.Selama sebulan Said tidak mendatangiku dan aku tidak mendatanginya.Setelah sebulan aku mendatanginya saat itu dia ada ditengah-tengah halaqah pengajiannya.Aku ucapkan salam padanya.Dia menjawab salamku ia tidak mengajaku bicara sampai orang-orang pergi semua.
Ia bertanya,”bagaimana keadaanya?”
Aku jawab,”baik,Abu Muhammad.Dia manusia sangat di cintai teman dan di benci msuh.”
“jika kau ragu padanya kau boleh angkat tongkat.”
Aku lalu kembali keruhku dan Said memberiku bekal 20 dirham.”
Betapa besarnya rasa percaya Imam tabi’in agung itu.ia bahkan tidak bertanya secara mendetail keadaan putrinya.sebab ia sangat percaya putrinya akan baok dan aman dibawah lindungan lelaki yang bertakwa ,takut kepada Allah,tahu hak dan kedudukannya.

Kisah cinta teladan 1

by : Irwiyana Yüñhä ( Cyber Tarbiyah ( FULL ) )


Para Ulama Salaf memahami standar kufu dalam menikahkan putri mereka adalah agama. Mereka tidak melihat harta dalam menikahkan putra-putrinnya tapi melihat kualitas iman,taqwa dan akhlak.Tak heran jika mereka lebih memilh yang miskin namun baik agamannya dari pada yang kaya namun kurang agamanya.
Kisah Said bin Musayyab dalam menikahkan putrinya adalah kisah keteladanan yang sangat indah penuh hikmah . Beliau memilki seorang anak putri yang sangat terkenal kecantikan , kecerdasan dan kesalehannya. Kabar itu sampai ketelinga Khalifah Abdul Malik bin Marwan dan putra mahkotanya yaitu Walid bin Abdul Malik di Damaskus.Khalifah datang ketempat Said bin Musayyab untuk meminang putrinya itu, untuk putra mahkotanya. Namun tampa keraguan sedikitpun Said menolak pinangan itu,meskipun ia harus menghadapi resiko yang tidak ringan.Karena menolak pinagan Khalifah ia sampai dicambuk sebanyak seratus kali.
Tak lama setelah kejadian itu,ia kembali mengajar di masjid nabawi.ia adalah seorang ulama dan maha guru yang sangat perhatian dan menyayangi murid-muridnya,ia selalu menayakan keadaan mereka, dan jika ada yang berhalangan hadir ia selalu menayakan,kenapa.Suatu kali ada seorang muridnya bernama Abdullahbin Abi Wada’ah tidak menghadiri pengajian. Ketika ditanyakan pada murid yang lainya,tidak ada yang tahu sebabnya. Beberapa hari berikutnya, Abdullah bin Abi Wada’ah hadir,Imam Said bin Musayyab langsung bertanya,
“Abdullah,kenapa kemarin tidak datang ?”
“Maaf Imam , kemarin istri saya meninggal dunia dan saya tidak sempat minta izin dan memberitahukan kabar ini pada Imam.”
“ Apakah kau sudah menikah lagi?’
“Semoga Allah merahmati Imam,siapakah yang sudi menikahkan putrinya denganku.Aku ini miskin tidak memiliki apa-apa kecuali hanya dua atau tiga dirham saja?”
“Akulah yang akan menikahkan kamu.”
“Banarkah?”
“ya,benar.Aku akan menikahkan kamu dengan putriku,jika kau mau.”
Dan jadilah saat itu juga Imam Said bin Musayyab menikahkan putrinya yang terkenal cantiknya itu dengan Abdullah bin Wada’ah,salah seorang muridnya yang miskin,dengan mahar hanya dua dirham.
Begitulah imam Said bin Musayyab lebih memilih laki-laki yang miskin namun ia tahu persis ketakwaan dan kedalaman ilmu agamanya. Ia tidak memilih putra raja yang kaya dan memilki kedudukan yang tinggi.ia sangat percaya bahwa putrinya akan selamat didunia dan diakhirat jika berda dalam bimbingan suami yang bertakwa. Betapa hati Imam Said takkaa menikahkan putrinya itu dapat dilihat dari cerita Abdullah bin Abi Wada’ah,

yakinlah, takkan sia-sia

Cahaya Hippmash 29 Maret jam 9:06 Balas • Laporkan

Jadikanlah harapan orang lain
sebagai perintah bagi Anda.

Jika Anda bekerja keras dalam kejujuran
untuk memenuhi harapan orang lain,
...yang bahkan belum disampaikannya kepada Anda,
Anda akan mendapatkan bahkan yang
tidak Anda harapkan.

Maka janganlah hitung-hitungan dan malas.

Lakukanlah kebaikan walau belum jelas bayarannya,
dan bersegeralah walau belum tentu cepat sampai.

Mario Teguh