Jumat, 21 Januari 2011

Sayangi Mereka, Mereka Saudara Kita

HANYA KALIMAT YANG TERSUSUN DARI KATA DAN KATA YANG TERLAHIR LEWAT RASA
Mereka jarang tersenyum bukan karena mereka enggan untuk tersenyum. Tapi hidup dan waktu seolah menuntut mereka untuk menghabiskan sebagian besar kehidupan untuk bekerja keras sehingga terkadang mereka lupa bahwa ada waktu untuk tersenyum. Seolah dunia begitu keras menuntut mereka hingga mereka lupa untuk tertawa. Lihatlah teman….bahkan mereka tidak punya waktu untuk tersenyum. Apa mereka lupa cara tersenyum? Atau karena mereka tak pernah menerima senyuman, makanya mereka tak tahu lagi bagaimana caranya tersenyum?
Terkadang aku melihat dunia memang terlalu keras pada mereka.

Dirimu Memang Tangguh

Kesulitan itu aksesoris hidup,
dia kadang mengepung,
menjelma bagai elang,
menyeringai garang,
mencengkram tajam menghujam.

Dan engkau,
engkau bagai pipit kecil
dikepung raksasa-raksasa lapar.
Pucat pasi.
Ingin berlari.
Sembunyi.

Dulu Engkau Tangguh
Kenapa sekarang luluh?
Sudahlah, jangan mengaduh,
Hidup memang lumrah begitu.


Sayapmu mungkin kecil
Paruhmu mungil
Cakarmu kerdil
Dan
Nyalimu menggigil!

Tapi,
Ketahuilah!
Kekuatan itu bukan pada realitas fisikmu,
bukan pula di aksesoris tubuhmu.
Melainkan pada motivasi di dadamu,
yang lahir  dari keberserahan pada Allah-mu
Berserahmu itulah sahabat,
yang akan menjelma kekuatan,
yang membuat Daud kecil menyungkurkan Jalut,
yang membantu Musa menenggelamkan Fir’aun,
yang menegarkan Hajar di tandus Makkah,
yang meneguhkan Bilal di himpitan batu Umayyah

Kekuatan yang akan membuat ke-pipit-anmu menjelma rajawali.
Tangguh, teguh, kukuh, tak kenal aduh!
Berserahlah sahabat….
Pada Kekuatan yang menjagamu
Bukan menyerah
Pada kesulitan yang mengepungmu.
Tegakkan!
Kepalkan!
Hancurkan!
Sampai rintangan itu terjungkal di hadapanmu!

Karena kutahu: Dirimu memang tangguh!
Kuala Lumpur, 17 Desember 2010
Dikirim oleh sahabat If Taufik <iftaufik@yahoo.com>

Menciptakan Pola Pikir

Wahyu Febriansyah 21 Januari jam 21:22 Balas Laporkan
Ketika teman saya sedang melewati gajah, ia tiba-tiba berhenti, bingung dengan makhluk-makhluk besar yang diikat oleh tali kecil pada kaki depan mereka. Gajah tidak dirantai, juga tidak dikandang. Sudah jelas gajah bisa melepaskan diri kapan saja dari tali yang mengikat gajah tersebut. Teman saya bertanya ke pelatih yang ada didekatnya, kenapa hewan-hewan besar (gajah) itu tidak berusaha melarikan diri, padahal itu adalah sangat mudah untuk gajahlakukan.

“Yah,” kata pelatih gajah, “ketika gajah-gajah itu masih sangat muda dan jauh lebih kecil, kami mengikat gajah tersebut menggunakan tali ukuran kecil yang pada usia saat itu cukup untuk menahan gajah tersebut. Ketika gajah-gajah itu tumbuh, gajah-gajah itu dikondisikan untuk percaya bahwa gajahtersebut tidak dapat melepaskan diri dari ikatan itu. Gajah itu percaya bahwa tali yang kecil itu masih bisa menahan mereka, sehingga gajah-gajah tersebut tidak pernah mencoba membebaskan diri.

Teman saya kagum. Gajah ini bisa setiap saat melepaskan diri dari ikatan mereka tetapi karena mereka percaya bahwa mereka tidak bisa, mereka berdiam diri. Gajahtersebut terjebak dengan apa yang mereka percayai.

Sahabat seperti gajah, berapa banyak dari kita menjalani hidup tergantung pada keyakinan bahwa kita tidak bisa melakukan sesuatu, hanya karena kita gagal sekali sebelumnya? Kita telah tumbuh lebih dewasa, paling tidak telah bertambah usia dan pengalaman hidup. Jadi mari kita coba ulangi apa yang kita takut karenanya, bukan untuk gagal lagi, tetapi untuk menutup ketakutan dengan keberhasilan.

Gagal meyakinkan diri untuk mencoba lagi, adalah kegagalan yang sesungguhnya

Anda mungkin pernah gagal dalam berjuang, tetapi tidak ada kata gagal dalam perjuangan. Cobalah sahabat..



Read more: http://www.resensi.net/menciptakan-pola-pikir/2010/12/#ixzz1BgCfJRyW